Makanan di Guangzhou yang Paling Dikangenin

Makanan di Guangzhou yang Paling Dikangenin

Posted by Jane Reggievia on 2020-08-28T09:15:00.002+07:00

Beberapa hari lalu, aku dan suami ngayal bareng tentang makanan apa yang paling dikangenin di tempat tinggal kami masa kuliah dulu, Guangzhou. 

Guangzhou sangat terkenal dengan surga makanan. Hampir di setiap pelosok tempat ada aja makanan enak. Mulai dari street food, warung makanan sampai restoran pasti menyediakan makanan-makanan yang menggugah selera. 

Buat yang nggak familiar, masakan Guangzhou (Cantonese food) itu kebanyakan mirip dengan masakan chinese food di Indonesia. Karena memang banyak masyarakat etnis Tionghoa di sini datangnya dari provinsi sana, sehingga mereka membawa budaya masakan mereka ke Indonesia. Jadi, kira-kira sudah ada bayangan yaa tentang rasa makanan yang akan aku share di bawah ini? 😆

Oh ya, sebelumnya mohon maaf kalau foto-foto di bawah ini kurang menarik atau sedikit blur. Maklum, waktu itu belum bisa foto makanan dengan baik (sekarang juga sih 🙈). Semoga kalian menikmati cerita tentang makanan di Guangzhou yang sedang aku kangenin, ya!

1. Korean Restaurant 金åŽļ园 (JIN JIA YUAN)


Pemilik restoran ini adalah seorang pasutri, sang suami adalah Chinese, sementara sang istri (kita panggil dengan ahjumma, ya) adalah Korean. Jadi bisa ditebak, restoran mereka ini memadukan masakan Korean dan Chinese

Pertama kali ke sini karena diajakin suami (waktu itu masih pacar yee), katanya ada restoran Korea enak yang lokasinya dekat area sebuah kampus. Karena dulu aku nggak begitu familiar dengan korean food, aku agak ragu, sih, ketiak diajak makan ke sini. But I have to say, thanks to him and thanks to this restaurant, benih-benih cinta pada masakan Korea mulai tumbuh sejak makan di sini 😆

Ada beberapa jenis masakan yang wajib dipesan tiap kali ke sini. Ada Squid rice—ini cumi pedes dimasak pakai gochujang gitu, endeus parah. Kemudian ada Spicy Rice Cake (tteokpokki) yang selalu habis duluan sama aku kalau makan bareng pasangan 😝

Seperti di restoran Korea pada umumnya, di sini juga disediakan banchan atau side dishes

Warnanya menggoda sekali bukan 😍

Nasi cumi pedas favorit suami dan aku. Ini enaknya parah deh, bikin nagih!

Selain masakan Korea, ada banyak jenis masakan Chinese juga di sini. Alasan kenapa aku mulai suka masakan Korea, karena di sini mereka menggabungkan taste masakan Chinese dan Korean, jadinya di lidah nggak terlalu asing. 

Saking seringnya kami berdua ke sini, ahjumma sampai hafal dengan kami. Tiap kali kami datang langsung disambut dengan beliau, "Kalian mau makan apa hari ini?" 🙈 Oh ya, ahjumma bisa berbahasa Mandarin, jadi nggak ada kendala komunikasi. 

Fun facts: gara-gara sering ke sini dengan pacar, aku mulai mengajak beberapa teman untuk makan di sini juga dan mereka juga suka lho. Bahkan sempat sekali kami mengadakan class gathering di restoran ini. Waktu ulang tahun pun, aku juga pernah mentraktir beberapa sahabat di sini. Dan yang paling aku ingat juga, di malam natal tahun 2012, aku patungan dengan sahabat yang juga adalah roommate, untuk mengtraktir dua roommate lainnya yang kebetulan adik kelas kami juga untuk makan di Jin Jia Yuan ini. Meski udah lama berlalu, tapi aku masih ingat betapa senangnya kami menghabiskan waktu bersama malam itu 😊

2. å…ļįžŽ æŊŽåˇžéąŧ蛋į˛‰ (QI MEI CHAO ZHOU FISH BALLS)


Kalau ditanya balik Guangzhou paling pengen makan apa, jawabannya adalah makan bakso! 

Eits, bakso ini cencuuu berbeda dengan bakso bening abang-abang gerobakan, yak.  

Sesuai dengan namanya, hidangan bakso ini adalah khas dari Chaozhou, salah satu kota di provinsi Eastern Guangdong. Sebenarnya di Guangzhou cukup mudah untuk mencari hidangan bakso ala Chaozhou ini. Di belakang kampus suami dulu pun juga ada yang jual (dan enak juga!), tapi aku nggak bisa mengalihkan cintaku pada si bakso yang satu ini. 

Letaknya ada di salah satu pedestrian street terbesar di Guangzhou, Beijing Road. Pokoknya tiap kali jalan-jalan ke sini, aku hampir nggak pernah absen untuk makan di warung bakso ini. Apalagi kalau makannya pas musim dingin, wuih makin nendang deh! 

Pada dasarnya, kita bisa memesan isi mangkok bakso kita dengan beberapa pilihan. Ada bakso biasa, bakso urat, pangsit dan lain-lain. Untuk karbonya, bisa pilih antara mie kuning, bihun dan kwetiau. Yaaa, hampir mirip-mirip kalo kita makan bakso di sini, kan, pilih-pilih gitu 😆 Setelah memesan, kita diberikan nomor antrian dan tinggal duduk manis menanti. 


Isian mangkok aku hampir sama tiap kali ke sini: bakso urat, deep friend fish skin atau kulit ikan goreng (ini WAJIB ada buatku) serta mie kuning atau kwetiau (keduanya ganti-gantian sesuai mood aja). Nahhh, yang bikin mantul adalah saat si kulit ikan goreng krispi ini kena kuah baksonya yang panas. BEGHHH. Kalo kata almarhum Bapak Bondan, maknyusss! 

Udah ngiler belum? 🤤

Dan jangan lupa untuk menambahkan special sauce ke dalam mangkuk bakso kamu, karena ini lah yang membuat rasa semakin unik. Saus ini bentukannya sama dengan selai kacang atau bumbu kacang sate tapi teksturnya agak encer. Menurut pengamatanku, nggak semua orang suka, sih, menambahkan saus ini ke dalam mangkuk bakso mereka. Soalnya beberapa temanku ada yang kurang suka. Tapi, aku SUKA sekali. Biasanya aku taruh agak banyakan, baru deh disantap. 

Kelihatan nggak saus kacangnya? 

Aselik, nulis ini bikin aku nahan ludah setengah mati hahahaha kalo ngidam mau cari di mana dong?? 

3. Ayam Madu 蜂蜜鸡 (Feng Mi Ji)


Salah satu jenis makanan yang populer di kalangan anak kampus di zaman itu. Letaknya agak jauh dari kampusku, tapi sangat dekat dari kampus pusat (jadi dulu itu aku kuliah di gedung college-nya, sementara si ayam madu ini lokasinya dekat dari gedung university). Tiap kali mau ke sini, biasanya aku bareng teman-teman nebeng bus kampus gratis untuk ke kampus pusat. Setelah itu, tinggal jalan kaki deh menuju lokasi makan. 

Nama menunya memang ayam madu, jadi semacam ayam goreng tepung dengan topping saus madu kental yang disajikan terpisah atau disiram langsung di atas ayamnya. 

Rasanya unik, karena si saus madunya ini bukan saus madu bening biasa. Warnanya kuning pekat, sekilas mirip saus mustard, yaa. Tapi rasanya manis dan gurih. Enak banget pokoknya dicocol sama ayamnya. 

Sebenarnya di restoran ini tersedia berbagai macam menu pilihan ayam, kalau nggak salah bahkan ada menu ayam kola dan suami pernah nyoba juga waktu itu. Jadi ayamnya dipakein saus kola (jangan tanya gimana bikinnya 😆). Namun, yang paling femes itu ya si ayam madu ini. 

Aku nggak tau apakah keberadaan si ayam madu ini masih ada atau tidak. Semoga masih ada deh. Biar suatu hari nanti kalau aku balik ke Guangzhou, bisa nyicipin ini lagi. Sepertinya Josh juga bakal suka deh 😝

4. Pangsit dan Changfen (éĨēå­å’Œč‚ į˛‰)


Pangsit pasti udah lah yaa bentukannya kayak apa. Kalau changfen itu biasa di sini disebutnya chi chong fan. Coba aja deh google dengan keyword itu, begitu liat penampakannya pasti pada "OHHH" 😂

Guangzhou itu terkenal dengan hidangan dimsum. Cari tempat makan dimsum tuh nggak sulit, mulai dari yang restoran mewah sampai pinggir jalan pasti ada. Biasanya, aku lebih suka yang pinggir jalan. Suka aja liat tumpukan kukusan dimsum anyaman yang ada di luar kedai, belum lagi asapnya mengepul mengundang sekali untuk masuk ke dalam dan menikmati sajian dimsum. Kalau nemu yang di pinggir jalan, biasa pilihan menunya nggak terlalu banyak. 

Nah, kebetulan di dekat area kampusku itu ada beberapa kedai khusus jualan pangsit dan changfen ini, salah satunya berada di pintu masuk barat gedung kampus. Awalnya mereka hanya menjual makanan cepat seperti mie/bihun/nasi goreng gitu, harganya murmer. Sebelah tempat makan adalah toko kelontong, tempat favorit mahasiswa belanja kebutuhan juga. Pemiliknya masih sama, sih. 

Waktu masuk semester lima atau enam, mereka mulai jualan pangsit dan changfen, terus LAKU dong. 

Nggak boleh kesiangan kalau ingin makan di sini. Nggak jarang aku suka kehabisan pangsit tiap kali lagi kepengen banget makan di sini huhu. Maka dari itu, aku dan beberapa teman suka janjian pagi-pagi sebelum masuk kelas untuk sarapan di sini dulu. Menu favoritku sih udah pasti pangsitnya. Satu porsi isinya 8-10pcs, dan biasanya juga nggak cukup seporsi! 🙈 

Sayangnya, aku nggak punya dokumentasi asli. Tapi kira-kira seperti ini lah penampakan pangsit favoritku dulu: 


Kalau lagi nggak ngampus, aku pun suka iseng bangun pagi jalan ke sana untuk bungkus makan di kamar asrama. 

Untuk menu changfen, biasanya aku malah nggak makan yang di kedai ini. Ada satu tempat makan changfen lagi yang juga nggak kalah terkenal di kalangan anak kampus. Jalan kaki dari kampus kira-kira 10 menit deh. Biasanya juga aku ke sini pagi-pagi, sebelum berangkat ke gereja bareng sahabat. 

Changfen di sini isiannya sederhana, hanya menggunakan telur dan taburan daun bawang. Kemudian disiram kuah kecap asin yang hangat. Wah, endesss pisan deh. Ini ngetiknya aja ngeces-ngeces 😆

Lagi-lagi nggak punya fotonya, tapi penampakannya seperti di atas berikut. 
TERLIHAT ENAK THO?

Selain isian telur, changfen itu bisa macam-macam juga variannya. Kalau di tempat dimsum Jakarta yang paling terkenal itu isi cakwe, udang dan ayam/babi charsiu. Kebetulan aku juga punya foto changfen dari kedai makan lain di Guangzhou:

Kalau nggak salah ini isian udang, soalnya kelihatan merah-merah dikit di dalam 😝

Changfen ini termasuk makanan berat atau ringan? Hmmm.. bisa dibilang keduanya, tergantung dengan kapasitas perutmu juga 😂 Biasanya sepiring changfen telur seperti di atas aku bisa tahan sampai siang hari. Karena bahan dasarnya beras, jadi memang cukup mengenyangkan, sih. 

Kapan-kapan kalau ke Guangzhou, jangan lupa cobain kedua jenis dimsum ini, ya. Must must must try! 


5. Makanan siap saji 


Di Guangzhou banyak juga tempat makan siap saji, sebutannya åŋĢ餐 (kuai can). Kalau di sini kira-kira sama dengan warteg gitu deh. Nggak sulit juga untuk menemukan restoran yang menyediakan kuai can ini. Ada yang modelannya pilih-pilih lauk sendiri, ada juga yang paketan langsung dengan nasi, jadi tinggal pilih aja yang ada di buku menu. 

Restoran siap saji termasuk favoritku juga, karena cepat, murah dan enak. Restoran seperti ini juga banyak ditemukan di area kampus atau sekolah. Berikut ada beberapa jenis makanan siap saji yang kusuka selama tinggal di sana: 

Nasi Terong Tumis (įēĸįƒ§čŒ„子éĨ­)
Percaya nggak, sebelum ke Guangzhou aku nggak suka makan terong. Tapi begitu sampai di sana, terong dimasak begini adalah favoritku 😆

Nasi Ayam Lada Hitam (éģ‘æ¤’é¸Ąæ‰’éĨ­)
Tampilannya sederhana, tapi rasanya mewah ✨

Nasi Daging Cincang (å¤č‚‰éĨ­)
Hidangan ini salah satu menu khas di Taiwan. Kebetulan di seberang kampus dulu, ada kedai makan khusus menjual makanan siap saji ala Taiwan. Nah, ini salah satu favoritku! Padahal cuma nasi, di atasnya daging pork cincang dimasak kecap serta telur. Rasanya ngingetin dengan masakan mama di rumah ❤

Mie Goreng Telur Ikan Asin (咸éąŧ蛋į‚’éĸ)
Tampilannya familiar, kan, dengan mie goreng pada umumnya? 😆

***
Sebenarnya masih banyak jenis makanan yang belum aku sebutkan di sini. Jajanan pinggir jalan alias street food aja belum kubahas. But maybe next time, ya! Ternyata aku nggak punya banyak dokumentasi kuliner selama di sana, agak menyesal juga 😂

Apakah teman-teman di sini ada yang suka dengan masakan chinese food? Apa menu favorit kalian :D