Road Trip Story Part 1: Perjalanan Darat 20 jam Bogor-Denpasar

Road Trip Story Part 1: Perjalanan Darat 20 jam Bogor-Denpasar

Posted by Jane Reggievia on 2019-06-26T16:12:00.000+07:00

We survived 20 hours on the road from Bogor to Denpasar!

*pasang confetti* ðŸŽ‰ðŸŽ‰ðŸŽ‰

Sebelum memulai cerita, perlu kupertegaskan (duileee...) tentang kenapa harus menempuh perjalanan darat direct Bogor-Denpasar, tanpa menginap maupun tanpa melipir 1-2 jam untuk tidur. Here's why:
  • Karena plan-nya memang mau liburan lama di Bali, ngumpul bareng keluarga di sana, so kami nggak mau buang waktu di jalan
  • Suami menolak nyetir overnight, apalagi beberapa titik jalanan yang harus dilewati sampai pelabuhan Banyuwangi itu ada hutan kering tanpa penerangan jalan, kami harus melewati jalanan tersebut sebelum gelap
  • Alasan yang satu ini murni ego seorang lelaki: pengen mecahin rekor nyupir sendirian sampai ke Bali

Aku tuh sempat ragu dengan rencana road trip ini. Pertama, bayanganku tentang road trip di Indonesia itu capek, muacetttt, melelahkan dan nggak enak. It's just me being manja tapi ya gitu deh. Mending naik pesawat deh langsung sampai di tujuan. Kedua, ngebayangin bawa bocah road trip di atas 12 jam (waktu itu belum pasti mau langsung ke Denpasar, makanya sampai sekarang takjub juga we survived with our almost 3 y.o toddler lol) udah ngeri-ngeri sedap, kok kayaknya repot, entar anaknya bosen gimana, kecapekan gimana dan seterusnya. Ketiga, ini TMI, sih, tapi aku beseran dan suka sakit perut mendadak. Males banget kalau harus berhenti mulu di rest area untuk 'panggilan alam' ini. 

But in the end, thank the Lord we made it!

Markimul saja, ya, catatan perjalanan darat ini. Here we go! 

Berangkat dari Bogor 14 Juni 2019 - 2:30 AM (subuh)

Suami udah melek dari pukul setengah dua subuh, dengan semangat membara udah nongkrong cantik di ruang tamu sambil sarapan dan nonton TV. Sementara aku jam 2 kurang baru bangun, langsung mandi dan beberes.

Begitu siap berangkat, aku langsung angkut Josh yang masih pules di atas ranjang—tanpa mandi dan ganti baju—ke dalam mobil. Ehhh, pas digendong anaknya malah langsung seger. Sempet dadah dadah sama Ncus di rumah bilang mau pergi. Mungkin udah tau kali mau jalan-jalan, yaa, makanya mood hepi.

Enaknya berangkat subuh itu nggak akan kena macet di daerah Cikampek. Buat yang udah sering lewat daerah Cikampek udah tau lah ya macetnya di sana kayak apa (baca: horor). Saingannya tuh truk-truk besar muatan barang berat. Nggak mungkin 'ngekor' di belakang mereka, bisa lama dah kayak siput. Suami yang udah berpangalaman bolak balik Bogor-Sukabumi pake truk engkel box agak-agak gesit juga nyelip sana-sini (mohon jangan ditiru, saya aja agak deg-degan selama doi nyetir).


Keluar dari tol Cikampek, aku sempat tidur karena nggak kuat nahan ngantuk gara-gara bangun subuh. Selain ngantuk, emang auto merem aja, sih, kalo udah lama di mobil LOL

Selama perjalanan pagi hari itu suasananya nyaman dan pemandangan di luar juga bikin mata seger, bisa lihat matahari terbit juga, which is pemandangan yang amat sangat jarang kami lihat.

Setelah menempuh di jalan kurang lebih 4,5 jam, akhirnya kami berhenti di rest area pertama untuk isi bensin dan ke toilet. Lupa-lupa inget ini di KM berapa, pokoknya sebelum sampai Semarang deh. Cepet bangettt aselik. Mungkin karena udah pada mudik sepanjang jalanan toll pun sepi.

Ngomong-ngomong soal rest area, ada yang tau kalau rest area di toll sepanjang trans jawa ini ada grade-nya? Misal, grade A itu lebih bagus dan nyaman, pilihan makanan beratnya nggak sekedar warkop atau warung makan biasa, terus ada Starbucks. Kalo grade B ya yang lebih standar. Detil soal ini di part selanjutnya aja, ya.

Selesai isi bensin dan ke kamar kecil, kami melanjutkan perjalanan.

10:30 AM sampai di Sidoarjo

Empat jam kemudian setelah pemberhentian pertama, tibalah kami di kota Sidoarjo! Wohoo

Masih agak nggak percaya jam segini udah di Jatim, padahal prediksi kami sekitar pukul 11-12 siang baru sampai. Bersyukur banget jalanan nggak macet samsek, lancar jaya tanpa rintangan.

Tujuan kami mampir di Sidoarjo ada dua; untuk isi bensin di Shell dan makan siang. Kebetulan direkomendasi teman ada beberapa tempat makan enak di sini, salah satunya soto-sotoan dan rawon. Akhirnya kami melipir ke salah satu warung makan bernama Depot Langgeng.

Menu yang kami pesan: nasi rames dan rawon buntut. 

Warung makan ini direkomendasi teman kami yang asal Surabaya, dan kayaknya cukup terkenal, soalnya waktu kami ke sana beberapa driver ojol berdatangan untuk beli pesanan. Too bad, beberapa menu yang kami pengen malah belum ready, padahal udah mau jam makan siang juga. 

Sayangnya, anak lanangku yang kondisi makannya masih gitu-gitu aja alias mau makan ya hayuk, nggak makan juga bodo amat (emaknya yang uring-uringan) dan seleranya yang setengah bule dan chinese, menolak masakan jawa. Alhasil, di restoran ngamuk entah maunya apa. Karena baru bangun juga terus langsung kami ajak turun mobil, jadi nyawanya belum ngumpul dan nggak nafsu makan. Udah dibujuk-bujuk pake kerupuk juga nggak mempan. Kalo udah begini, McDonald's to the rescue deh! Kebetulan anaknya pernah nyoba menu nugget dan DOYAN, kemudian langsung ludes. Gapapa lah yaaa junk food sekali-kali *menghibur diri sendiri*

Sekitar pukul 12 siang, kami lanjut perjalanan menuju pelabuhan Banyuwangi, melintasi Situbondo-Probolinggo. Seperti yang udah kusebut di poin atas, di rute Situbondo-Banyuwangi ada beberapa titik yang kami hindari sebelum langit sore menjemput, salah satunya di wilayah Baluran yang terdapat hutan pohon jati. Di sana nggak ada penerangan jalan sama sekali. Jalanan pun ramai dengan bus travel dan truk angkut besar. Kalau sampai di sini sebelum malam, pemandangannya cukup menarik, bahkan ada monyet-monyet yang asik nongkrong di tepi jalan.

Sayangnya, aku nggak sempat foto-foto. Ya gimana mau ngeluarin kamera juga, aku sibuk lihatin jalan karena (lagi-lagi) suami sibuk mendahului kendaraan yang ada di depan. Sebenarnya boleh nggak boleh, sih, tapi kalo ngekor terus keburu gelap, bisa kemalaman sampai di pelabuhan.

Penampakan hutannya seperti ini 
(photo credit here)

Salah satu pemandangan yang nggak kalah cantik adalah saat melewati tepi Pantai Watu Dodol, Banyuwangi, kalian akan melihat patung Tari Gandrung yang ada di atas pos tepi laut. Patungnya nggak besar, tapi cukup menyita perhatian. Sekilas kukira itu tari Pendet asal Bali, ternyata itu tari Gandrung khas Banyuwangi. Langsung di-google aja buat yang penasaran, atau sekalian road trip biar bisa lihat langsung!

Serunya perjalanan darat ternyata begini yaaa, bisa menikmati keindahan alam yang ijo-ijo maupun biru-biru. Meskipun capek tapi masih ada yang bisa dilihat dari jendela mobil.

Keluar dari area hutan pohon jati tadi, waktu udah menunjukkan pukul sekitar empat sore dan mendadak kami pengen makan lagi. Tapi kok nggak nemu warung makan yang proper untuk ngisi perut. Sebenarnya nggak lapar banget, sih. Cuma mikirin mau naik kapal ferry takut masuk angin aja, khususnya si cah lanang. Di mobil Josh memang banyak ngemil termasuk minum susu entah berapa kotak. But still, we can't miss our dinner time, secara sampai Bali nanti pasti udah tengah malam. Sampai rumah pengennya langsung hibernasi.

Tuhan pun menjawab doa. Nggak sengaja kami liat spanduk iklan sebuah warung makan bernama Depot Bu Titin Khas Tenggalek, kayaknya cukup menjanjikan karena niat banget masang iklan di tengah hutan, padahal jaraknya masih jauh buanget.

Maapkeun kembali nda poto-poto huhuhu. Soalnya fokus ngisi perut sendiri dan suapin anak dengan gerak cepat karena udah mau magrib. Makanan di depot ini masakan rumahan biasa tapi cukup enak, modelnya prasmanan jadi kita ambil sendiri mulai dari nasi sampai lauknya. Pilihan lauk daging dan sayurnya beragam, bakwan jagungnya enakkk, Josh sampai nambah lagi sebiji buat ngemil di jalan.

Selesai makan malam, kami bergegas menuju pelabuhan yang hanya berjarak sekitar setengah jam. Kena macet dikit karena ada truk yang nyunsep ke pinggir jalan.

Sampai di pelabuhan, kami harus menunggu sekitar beberapa menit untuk naik ke atas kapal. Kami bertiga nafas legaaaaa karena bentar lagi bakal sampai di Bali (meskipun jarak tempuh dari pelabuhan Gilimanuk ke rumah orangtua sekitar 3 jam zzzz).

Muka udah super lepek, suami udah mulai encok, pantat juga udah mulai tepos kelamaan duduk, sementara Josh masih woles aja di car seat-nya. Beruntung banget deh Josh ini tipe yang bisa diajak jalan dan suka di mobil. Nggak rewel, malah seneng liat banyak jenis truk dan kendaraan konstruksi yang kebetulan ada beberapa di sepanjang jalan toll. Siapa yang anaknya ngefans dengan excavator dan kawan-kawannya??

Setelah nunggu beberapa menit, kami disuruh masuk ke dalam kapal dan langsung menuju ke atas kapal ke tempat duduk penumpang. Karena udah gelap dan mabok laut, plusss ombak malam itu sedikit besar sehingga kapalnya bergoyang naik-turun, aku nggak sanggup mengeluarkan hape untuk foto-foto. Jadi foto di bawah berikut adalah saat kami mau nyeberang kembali ke Jawa di pagi hari. Siap-siap liat pemandangan yang biru nyegerin mata.

Makan bekal luo ma gai buatan mama malam sebelumnya


Naik kapal ferry ternyata selama yang kukira, sekitar 45 menit udah sampai di Gilimanuk dan kami langsung tancap gas kembali dan sampai di rumah pukul 12 tengah malam, disambut papa mamaku yang udah daritadi nungguin dan dua sachet tolak angin supaya badan anget hahahaha

Perjalanan yang memorable dan menantang banget, khususnya buat suami, ya. Nggak kusangka juga dia kuat banget nyetir dari subuh ketemu subuh, KETAGIHAN pulak sekarang ngajakin jalan-jalan lagi bawa mobil. Iyain jangan? :P

Josh pun yang makannya minimalis tapi kuat ngemil, nggak sakit samsek lho. Padahal yang lalu-lalu tiap kali liburan naik pesawat aja, "oleh-oleh" pulang ke rumah kalo nggak flu ya tepar. Puji Tuhan kali ini sehat-sehat aja, meski emaknya masih harus bawel nyuruh makan.

***
Sampai di sini dulu, kita ketemu lagi di part dua ya. Postingan selanjutnya lebih ke kayak QnA gitu, hal-hal apa aja yang harus disiapkan untuk road trip ini, biaya yang dibutuhkan dll. Kebetulan waktu aku story perjalanan kami ini, beberapa teman ada yang tanya-tanya, jadi sekalian aja aku rangkum ke materi blog selanjutnya. Yang mau tanya-tanya juga boleh lho, biar ada bahan nulis lebih banyak.

See you in next post! 

Baca: Road Trip Story Part 2: What to Prepare for 20 Hours Road Trip with Toddler