Tentang Kekuatan Dalam Diri

Tentang Kekuatan Dalam Diri

Posted by Jane Reggievia on 2020-06-08T19:06:00.007+07:00

Masih ingat, kan, tentang pembahasan singkat bisa dan suka di postingan sebelumnya? Diulang dulu kali, ya, apa itu bisa dan suka. Just in case biar lebih paham konteks. 

Bisa itu berhubungan dengan pekerjaaan atau profesi kita sehari-hari. Misalnya, kalau kamu seorang tukang dagang, ya berarti pintar jualan maupun ngitung duit (literally, orang dagang kalau ngitung duit itu cepet banget kayak orang bank). Atau kalau kamu seorang guru udah pasti bisa mengajar. 

Sedangkan suka, adalah adalah hal-hal yang biasa disebut dengan passion/hobi, sesuatu yang kita enjoy melakukannya. 

Biasanya nih, hal yang kita bisa belum tentu kita suka. Begitu juga sebaliknya. Hal yang kita suka belum tentu kita ahli mengerjakannya. Nah, kalau kebetulan yang kita bisa lakukan dan juga mencintai hal tersebut, then it becomes your strength. 

Apa itu strength? Mari kita ulik bersama. 

***
Beberapa hari sebelum kelas dimulai, semua peserta diminta untuk submit daftar bisa dan suka kepada kakak fasilitator masing-masong sesuai grup yang sudah dibagi. Setelah daftar kukirim, eh, malah diajak ngobrol. Ditanyain kenapa suka nulis (karena itu kegiatan pertama yang kutulis di dalam kolom daftar), pernah mengharapkan apa dari kegiatan menulis, terus apa yang dirasakan saat menulis dan lainnya. Aku jawabin satu per satu dengan cepat dan nggak pake mikir. Kalau boleh jujur, dulu aku hampir nggak pede menyatakan bahwa aku suka menulis. Aku maleslebih tepatnya takut harus mendengar komentar yang agak nyelekit dari orang lain tentang kegiatan tulis menulis ini. Makanya, agak kaget juga kok gue sekarang seluwes itu yaa menjawab semua hal yang gue suka tentang menulis (ciyehh). 

Contoh daftar yang aku buat
 
Kita akan balik ke daftar di atas sebentar lagi. Pindah topik dulu sebentar, ya. 

Saat kelas baru aja dimulai, ada kalimat menarik yang disampaikan oleh sang pembicara yang membuatku agak tertohok. 
"Nasihat follow your passion itu nggak cukup, kalau cuma ngikutin apa yang kita suka tapi nggak diasah, ya nggak akan jadi apa-apa." 

Lagi-lagi tentang ini, lagi-lagi diingatkan kalau nasihat "follow your passion" itu sebenarnya udah 'basi'. Jadi teringat tulisan sebelumnya di mana aku juga menyebutkan passion aja nggak cukup untuk sukses. Bisa ngomong begini sekarang karena baru paham, kalau pengen hidup lebih 'hidup' dan bernilai, ya nggak bisa sekedar hidup dengan passion. Mau sampai kapan kita hanya follow passion tapi nggak benar-benar mengasahnya sampai menjadi sebuah skill

Balik lagi ke daftar di atas. Sekarang paham kenapa kakak fasilitatornya sempat bertanya demikian: apa aja, sih, yang udah aku lakukan supaya nulis tuh nggak gini-gini aja? Sejauh mana aku mengasah kemampuan dan kecintaanku pada menulis? Tolak ukurnya gimana, sih, supaya kita bisa menjadi seorang ahli di bidang tertentu? 

Ternyata jawabannya cukup simpel, namun nggak sesederhana itu. 

Untuk bisa menjadi ahli, kita diwajibkan untuk berlatih sesering mungkin. 

Sesering mungkin itu berapa lama? Nih, aku kasih tau. Jangan kaget, ya.

Latihan terus menerus selama 10,000 jam. 

Aku teringat dengan wejangan si ganteng pitcher handal Chilbong di Reply 1994, di mana dia menjelaskan metode 10,000 jam ini. Sebenarnya metode ini sudah lebih dulu dipopulerkan oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers. Menurut Chilbong butuh kerja keras dan latihan selama 10,000 jam untuk membuat seseorang menjadi ahli di bidang tertentu. Metode yang sama dilakukan oleh Bill Gates maupun The Beatles. 

Siapa yang nggak kenal dengan kedua nama besar di atas? Menurut sinopsis dari buku Outliers, dijelaskan The Beatles melakukan performance musik mereka sebanyak lebih dari 1,200 kali selama empat tahun. Kalau ditotalkan mereka sudah menghabiskan lebih dari 10,000 jam. Semakin sering mereka manggung, semakin terasah skill bermusiknya dan akhirnya bisa menjadi salah satu musisi yang melegenda pada masanya. Sedangkan untuk Bill Gates, dia menghabiskan 10,000 jamnya untuk mempelajari berbagai macam sistem progamming komputer sejak dia 'jatuh cinta' dengan komputer di sekolahnya saat berusia 13 tahun. 

Sekarang coba tanya diri sendiri, berapa total jam yang udah dihabiskan untuk berlatih sejauh ini? Kalau belum sampai di angka 10,000, ya jangan heran kalau hasilnya belum 'kelihatan' hihi. 

Cara yang sama bisa dilakukan ketika kita ingin mengasah skill yang udah kita miliki (mungkin karena pekerjaan dan job desc karir), supaya skill tersebut semakin mumpuni dan bisa menjadi kekuatan bagi kita. Betul yang dibilang Mbak Rini di postingan sebelumnya, bakat yang kita asah itu lama-lama bisa menjadi sesuatu yang kita cintai (love what you do, remember this?), bahkan bisa meningkatkan kepercayaan diri dan kebahagiaan dalam diri kita, karena kita akan merasa "oh iya gue mampu lho ngerjain ini." UPDATED: mendadak teringat tulisannya Mba Laila di mana salah satu mengatasi krisis kepercayaan diri adalah dengan bekerja keras. Ternyata berkesinambungan, ya! 

Selain itu, kekuaatan dalam diri kita ini juga berguna untuk membantu orang lain. Jadi nggak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri. 

And how do you define "something" is your strength?

Strength itu adalah segala aktifitas yang membuat kita merasa kuat (enjoy) sebelum, selama dan sesudah melakukannya. Dengan kata lain, strength itu membuat kita hampir nggak pernah berpikir untuk meninggalkan aktifitas tersebut alias I want to do this till I die

Jadi kira-kira formula akhirnya seperti ini: kekuatan (strength) = passion (hal yang kita suka) + ability (skill/bakat) + latihan 10,000 jam.

Berdasarkan formula di atas, aku semakin percaya bahwa nggak ada yang namanya sukses secara instan. Butuh waktu, butuh proses dan pastinya kerja keras bagai quda. Di saat kita melihat banyak nama-nama besar yang sukses dengan produk mereka, atau satu dua nama influencer yang kita tahu hidup mereka bisa menjadi inspirasi banyak netijen maya, jangan buru-buru iri hati. Jangan buru-buru dinyinyirin juga. Di balik semua kesuksesan tersebut, ada banyak behind the scenes yang nggak pernah kita ketahui. Mungkin kamu perlu tau apa yang dilakukan Steve Jobs di garasi rumahnya sebelum komputer Apple bisa dipakai oleh jutaan umat di seluruh dunia. Atau tulisan ini yang harus aku edit kembali sebulan kemudian, karena kok ternyata kurang 'berisi'. 

Sampai di sini mungkin ada yang nanya: "Tapi aku nggak tau apa yang menjadi kekuatanku (atau passion). What should I do?"

Some tips for me (hope this helps!): 
  • Coba cari tau aktifitas apa yang biasanya suka kalian kerjakan atau gampangnya, kalau buka Google tuh seringnya nyari topik apa, sih? Masak kah? Musik? Fotografi? Tips menulis?
  • Pilih salah satu yang kalian suka banget, misalnya masak. Mulai praktikan setiap hari. Uji coba resep-resep atau bahkan mengembangkan resep pribadi.
  • Terus validasi emosi saat dan sesudah melakukan aktifitas tersebut. Apakah senang? Excited? Termasuk saat gagal, respon kita seperti apa. Nyerah? Atau malah makin penasaran untuk coba lagi? Jawab sendiri sejujur-jujurnya, ya!
  • Terakhir, latihan terus. Lakukan metode 10,000 jam sampai bisa jadi ahli!
Perjalanan menemukan passion dan kekuatan dalam diri kita itu emang nggak mudah tapi itu sangat memungkinkan. Juga nggak ada kata terlambat untuk mencari dan mengusahakannya. Jadi jangan menyerah di tengah jalan. Selamat bekerja keras! 

Btw, our beloved miss Creameno sudah bantu menjabarkan 10,000 jam dalam per hari. Silakan langsung dipraktikkan, ya. Good luck!