Tentang Pasangan yang (kurang) Romantis

Tentang Pasangan yang (kurang) Romantis

Posted by Jane Reggievia on 2019-04-12T15:45:00.000+07:00

Kalo ngomongin soal romantis, apa yang pertama kali muncul di kepala?

Bunga? Puisi cinta? Boneka teddy bear yang ukurannya segeda gaban? Gombalannya Dilan?

Hari gini, ya, orang-orang dengan mudah menakar segala sesuatu dalam hidup berdasarkan media sosial, termasuk kadar keromantisan pasangan kita.

Selain korban k-drama, terkadang aku juga suka bertanya-tanya soal keromantisan suami gara-gara postingan Instagram. Sekarang ini mau ngelamar pacar (propose) ada aja caranya, mulai dari diajak ke Disneyland, naik cruise sampai nyewa helikopter (iya kalo dijawab yes, kalo no sedih ugha, ya duitnya habis percuma), terus nggak lupa diabadikan melalui jasa fotografi dan video. Setelah di-publish, kolom komentar di postingan tersebut menjadi ajang orang-orang untuk "kode-kodean" ke pasangannya masing-masing; "Gini lho yankkkk entar lamar akunya yaaaa @namapacartersayank" atau malah menjadi kesempatan untuk ngungkit masa lalu; "Kok dulu kamu nggak begini lamar akunya?? @namapasanganyangkasihanabisdiomelin".

Waktu suami ngajak nikah dulu, there's no surprise, no fancy dinner or anything, there was only the BIG question and that time I was extremely happy dan rasanya tetep berbunga-bunga karena habis diajak nikah sama pacar. Dan yang terpenting momen itu hanya ada kami berdua, ya ditemani orang-orang di restoran juga, sih, kebetulan waktu itu emang lagi makan siang, kemudian secara random disodorin kotak dan diajakin nikah, hahahaha. Did I say my husband isn't romantic person at all? :P

Sejak saat itu, aku udah nggak mau berekspektasi lebih atas keromantisan suami. Eh, tapi pernah deh pas anniversary kami yang kedua. Pernah aku ceritain juga di blog, di postingan ulang tahun. Ya emang orangnya agak 'lempeng' soal begituan ((begituan)) mau diapakan lagi. Growing in a (committed) relationship, perlahan kita sadar kalo kita nggak bisa menuntut atau mengharapkan seseorang untuk berubah sesuai apa yang kita inginkan. When you're expecting too much from your partner, you will feel constantly disappointed on your relationship. Capek lho menjalani hubungan dengan penuh ekspektasi.

Aku dan suami suka geli-geli sendiri kalo liat medsos isinya orang-orang di luar sana yang berusaha banget untuk terlihat romantis, dan kebanyakan belum menikah. Bukannya geli karena nggak mampu romantis, cuma heran aja kok punya waktu untuk ngurus hal-hal seperti itu. Kalo udah nikah di atas 20 tahun dan masih romantis, sih, itu juara banget. Makanya, aku sangat admire pasangan yang usia pernikahannya udah jauhhh di atasku (contoh: papa mamaku sendiri), tapi mereka masih sweet, sesimpel gandengan tangan kalo lagi jalan. 

Buat yang masih pacaran seusia jagung, terus pacarnya romantis banget, coba tanya diri sendiri deh; kalo suatu hari nanti kalian menikah dan pasangannya berhenti melakukan grand gestures tersebut, apakah kamu akan marah? Karena gini sis, ketika kita terbiasa dengan keromantisan pasangan yang berlebihan, tanpa sadar ekspektasi kita tuh ikut naik. Dulu waktu pacaran, tiap kali anniversary bulanan pasti dikirimin bunga, misalnya. Kok sekarang udah nikah nggak ada bunga lagi? Boro-boro bunga, diucapin juga nggak (ini anniversary bulanan lho, btw...). When you're married, the world doesn't revolve around you two anymore. Suami akan fokus cari nafkah, istri mungkin di rumah mungkin bekerja juga, belom lagi kalo udah punya anak, the priority instantly changes. Mungkin ada pasangan yang harus mikirin kebutuhan orangtua juga. Udah nggak ada lagi waktu yang cukup buat bikin surprise atau sebar-sebar bunga mawar di ranjang kamar (entar badan gatel-gatel gimana dah?!). Pulang ke rumah enaknya langsung mandi, makan dan tidur. Intinya, dunia tuh udah nggak "seindah" waktu pacaran dulu.

But, being married doesn't mean we stop being romantic. Bedanya, setelah menikah aku sadar gestur cinta itu banyak kok bentuknya. Sekedar dipuji suami masakan kita enak padahal ya masakannya cuma tumis-tumis biasa. A simple word like "thank you" di saat suami gantian nemenin anak main ketika kita lagi nanggung harus ngerjain house chores, itu tuh salah satu bentuk cinta juga lho.

Pesan penutup dari suamiku, api cinta tetap harus membara lah sampai tua ðŸ”¥ðŸ’•

Semoga Jumat kalian penuh cinta, yaaa!

P.S. buket bunga dari suami pas Valentine kemarin, dititipin ke pegawai toko pas pulang ke rumah,  aku nanya dong kenapa nggak kasih langsung, kata suami "daripada nunggu sore, keburu layu bunganya". He's keeper, isn't he? (: