Worthy Monday #14: Tahap Pembuatan Konten di Blog

Worthy Monday #14: Tahap Pembuatan Konten di Blog

Posted by Jane Reggievia on 2020-10-12T11:01:00.003+07:00

Wuih, judulnya udah cukup pro belom? 😆

Beberapa waktu lalu, aku mengikuti sebuah webinar "Belajar Konten Ep. 2" yang diadakan oleh komunitas Ikatan Bunda BaBe (iBuBa), di mana salah satu narasumbernya adalah content creator yang aku ikuti di Instagram, Kak Puty Puar (@byputy). Sesuai temanya, kami mendapat banyak ilmu tentang gimana caranya membuat konten yang nggak hanya menarik, namun juga bermanfaat. 

Salah satu topik yang dibahas, adalah proses pembuatan konten itu sendiri. Menurut Kak Puty, proses pembuatan konten itu alurnya bukan hulu ke hilir, melainkan sirkular

Sirkular tuh kek gini ya, manteman. Jadi kayak roda, muter terusss. 

Proses pembuatan konten yang dibagikan Kak Puty ini memang lebih fokus kepada pembuatan konten di sosial media, salah satunya Instagram. Namun, sangat bisa dipraktikkan juga pada pembuatan konten di blog masing-masing. Daripada ilmunya kusimpan sendiri, kenapa nggak dibagikan di sini, supaya kita bisa belajar bareng-bareng, ya! 

✏ Inspirasi 


Biasanya sebuah konten dibuat karena ada yang namanya inspirasi. Dari mana datangnya inspirasi? Jawabannya: bisa dari manaaaaa aja! 

Dulu, aku salah kaprah kalau ide atau inspirasi itu adalah sesuatu yang "ghaib" alias hampir nggak mungkin didapatkan 😂 Makanya suka takjub, kok bisa, sih, orang-orang mendapatkan inspirasi sedemikian mudahnya. Ternyata setelah melalui banyak pengalaman, inspirasi itu memang harus dicari dengan sengaja, nggak bisa ditunggu dengan nggak berbuat apa-apa. 

Cara paling mudah mendapatkan inspirasi itu adalah dari kehidupan sehari-hari. Coba deh, teman-teman yang punya personal blog, ada berapa banyak postingan yang berhasil dibuat karena terinspirasi dari kejadian receh maupun sesuatu yang sifatnya pribadi dalam kehidupan sehari-hari? Konten Diary of the Month di blog ini pun lahir karena terinspirasi oleh kejadian kecil yang kualami dalam kehidupan sehari-hari. 

Menurutku, inspirasi dari daily life itu adalah sumber termudah dan tercepat yang bisa kita dapatkan untuk menulis konten blog. Kuncinya, peka aja. Buka mata, telinga, semua panca indera kita (teruntuk yang punya indera keenam, jangan-jangan buat nulis cerpen horor kayak Mas Agus yak? *hiiiiy* 😂) lebar-lebar. Aku percaya kok ide itu bisa datang dari mana aja asalkan kita mau untuk membuka diri. 

Selain dari kejadian hidup pribadi, hal-hal yang menyangkut selera atau hobi kita juga bisa membantu dalam proses pembuatan konten lho. Contohnya yang paling terlihat dari blog ini, adalah soal makanan, buku, film sampai musik Kpop. Entah udah berapa banyak tulisan yang dihasilkan dari ketiga hal yang menjadi favoritku itu *ciyeeeh ceritanya sombong*. Dari topik yang kita sukai aja udah bisa memberikan banyak inspirasi. Tentang kecintaanku pada Kpop, awalnya aku agak ragu untuk mengungkitnya di blog. Sampai suatu hari akhirnya aku memberanikan diri untuk nulis tentang menjadi seorang fans Kpopper, ternyata sambutannya lumayan hangat dan malah memperkenalkan aku pada teman-teman lain yang satu frekuensi di dunia Kpop. Jadiii, jangan pernah ragu tentang apa yang kamu suka, ya. Lumayan, kannn, kalau bisa jadi ide tulisan yang bermanfaat. 

Kalau suatu hari mendadak mentok ide, udah tau dong apa yang harus dilakukan? 😉

✏ Merenung


Ada satu pesan penting dari Kak Puty saat menyampaikan poin ini. Menurutnya, kalau kita punya inspirasi (khususnya tentang pelajaran hidup pribadi) namun nggak direnungkan, jatuhnya cuma ngeluh! 

Jlebbbb. Kena, deh! 

Ini sering terjadi saat dulu aku masih suka main sosmed dan curhat melalui IG Story. Biasanya, sih, yang menyangkut soal anak. Iya, dulu tuh aku tipe emak-emak yang hobi curhat masalah anak, karena Josh itu sempat susaaaaaah banget makannya. Karena nggak tahu mau 'dibuang' ke mana, ya ujung-ujungnya curhat di sosmed deh. Postingan yang isinya ngeluh tuh emang bikin aura jadi kurang menyenangkan, setuju? 

Gara-gara ini aku sempat ditegur suami. Katanya, jangan kebanyakan ngeluh di sosmed. Selain nggak bermanfaat, emangnya masalah kamu kelar dengan ngeluh-ngeluh gitu? Lebih baik cari solusinya dulu, kalau udah ketemu jalan keluarnya, baru deh di-share di sosmed atau blog. Tulisan pun jadi lebih bernilai dan membawa manfaat untuk yang membaca. Selain itu, proses perenungan ini juga mengizinkan kita untuk melihat sudut pandang lain. Itu kenapa kebanyakan topik Life Lessons di blog ini pun sudah melalui proses perenungan maupun diskusi dengan orang terdekat (yang mana maksudnya suami doang, sih, biasanya HAHAHA). Harapannya apa yang dibagikan nggak menjadi 'kosong', namun bisa memberi nilai dan pengalaman hidup bagi teman-teman sekalian 😊

✏ Menulis 


Inspirasi udah dapet, proses merenung juga udah dilakukan, selanjutnya apa? 

Ya, ditulis dong hihihi 

Proses menulis ini balik lagi pada kebiasaan teman-teman sekalian, yaa. Karena aku percaya setiap blogger itu pasti punya kebiasaan menyusun tulisan dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang nulis dulu tanpa diedit dari awal sampai akhir, mungkin ada juga yang menyusun bullet points dulu di notes baru dituang ke draft blog. 

Btw, aku pernah menulis tips menulis blog post yang enak dibaca, siapa tau ada yang mau ceki-ceki, link-nya di bawah ini, ya! 


Kalau aku sendiri, ketika dapat ide biasa langsung dicatat di Evernote. Setelah itu, untuk topik-topik yang memang harus direnungkan secara khusyuk (halah), biasanya ditulis di jurnal. Yap, journaling itu salah satu proses merenung versi aku. Mungkin ada yang samaan? :D 

Setelah semuanya rangkum, baru deh ditulis secara random alias tanpa urutan di draft blog. Aku selalu nulis inti postingan dulu, paragraf pembuka dan akhir biasanya belakangan sesaat sebelum jadwal publish. Beberapa postingan yang udah tayang di blog ini, sebelum di-publish aku suka submit ke suami, ceritanya untuk proofreading gitu ahahahahaha. Bukan untuk cek grammar atau kesalahan tipografi, ya. Aku pengen dapet masukan dan saran aja dari doi, seringnya, sih, sangat berfaedah 😆

✏ Visualiasi 


Setelah tulisan beres, salah satu poin yang nggak kalah penting dari tulisan adalah tambahan visualisasi. 

Untuk beberapa postingan, aku sangat mengandalkan media visual pendukung, entah itu stok foto pribadi atau dari situs penyedia foto gratisan yang kemudian melalui tahap edit di Canva, maupun meme dari GIPHY. Cuma belakangan udah agak jarang pake meme, karena beraaaat dan bikin performa blog ini sedikit menurun. Padahal aku suka pake meme, soalnya bikin tulisan lebih hidup dan jadi lebih lucu aja, sih hahahahaha 

Selain foto dan meme, infografis maupun video itu juga salah satu pendukung konten yang oke lho. Bebaskan kreativitas kalian aja, yaa. 

Gimana kalau nggak pakai foto samsek? Ya, gapapa juga, sih. Mungkin kita lebih ingin pembaca fokus dengan isi tulisan, jadi media visual bukan lah sesuatu yang penting. Blog Mas Anton, Maniak Menulis, adalah salah satu blog di mana aku hampir nggak menemukan media visualnya. Tapi tulisannya tetap enak dibaca dan to the point. Pembaca pun nggak merasa bosan saat membaca isi konten tersebut. 

Kalau aku pribadi, karena tulisanku memang panjang-panjang, terpaksa menyelipkan media visual supaya nggak bosan. So, kembali lagi pada kebutuhan kalian masing-masing, ya. 

✏ Publikasi Konten


Setelah draft postingan sudah rampung, saatnya mempublikasikan tulisanmu! 

Nggak ada tips-tips khusus yang dibagikan Kak Puty tentang ini, sih. Paling hanya soal memperhatikan jadwal post konten. Ada yang biasanya punya hari-hari dan jam tertentu untuk publikasi konten mereka. Kebetulan aku sendiri nggak ada jadwal khusus. Kayaknya kalau blog itu nggak terpaku jam audiens seperti layaknya Instagram, jadi aku nggak terlalu ambil pusing mau publish di jam berapa pun. Kalau nggak salah, Mba Nita pernah bilang kalau posting di Senin pagi itu biasanya lebih ramai. Kalau di pengalamanku, posting tulisan di weekend lebih cepat dapat views maupun komentar. Sepertinya poin ini akan berbeda-beda pada setiap blogger, ya. 

✏ Feedback Audiens 


Konten sudah di-publish, habis itu ngapain dong? 

Kak Puty di sini mengingatkan, konten yang udah naik tayang, jangan dianggurin. Saatnya mengevaluasi dan meningkatkan engagement dengan para pembaca. Apa respon mereka? Gimana pendapat mereka tentang tulisan kita? Apa yang harus ditingkatkan kembali? Atau jangan-jangan bisa dapat inspirasi baru untuk postingan berikutnya? 

Dan jangan lupa, kalau bisa balas setiap komentar yang ada. Selain sebagai engagement, buatku sendiri membalas komentar teman-teman itu seperti sedang bertukar sapa, ngobrol bareng dan setidaknya menghargai pendapat dari kalian semua. Kalau platform menulisnya, entah itu blog maupun sosmed sudah level raksasa, biasanya, sih, memang nggak bisa semua komentar dibalas. Apalagi kalau jumlah komentarnya udah ratusan bahkan ribuan. Keder juga kalau harus dibalas satu per satu yaaaak 🤣

Pengakuan pribadi, dulu aku memang jarang sekali balas komentar. Berharap dikomen, tapi ogah balas LOL emang sombong si Jane mah 🙈 Setelah kenal beberapa teman blogger baru, salah satunya adalah Mba Eno yang memang rajin sekali balas komentar teman-teman, aku pun jadi terpacu untuk melakukan kebiasaan yang sama. Balas komentar memang butuh effort, sih. Apalagi kalau isi balasannya tuh yang bikin mikir. Pernah dapet komentar dari Mas Anton di sebuah tulisan lampau dan aku pun bingung "ini enaknya dibalas kek apa ya?" 😆

Jadiii, jangan abaikan feedback dari pembaca, yaa. Karena kita selalu butuh masukan dan saran untuk bisa berkembang lebih baik lagi. Sekalian ah, aku mau ngucapin terima kasih untuk teman-teman yang udah rela meluangkan waktu untuk membalas setiap tulisanku di sini. I really appreciate all of your comments and feedbacks, because they always make my day! Matur nuwun yaaa 🤗

***
Demikian yang bisa kubagikan hari ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman yang membaca, ya. 

Now I want to hear from you. Kalian punya trik-trik atau ritual khusus, nggak, sih dalam menulis konten di blog? Cusss, ramein kolom komentar di bawah, ya! 🙌